Shawl atau dalam bahasa Indonesia disebut syal adalah secarik kain yang bisa dililitkan di kepala, leher, pinggang atau sekedar aksesori yang diikat pada tas. Bentuknya bisa beraneka macam: panjang, segitiga atau segi empat.
Namun sesungguhnya, shawl diadopsi dari tradisi busana khas warga Kashmir yang menyebut secarik kain segitiga sederhana itu dengan nama shal. Shawl Kashmir hanya mengenal satu warna saja.
Shawl dengan penampilan lebih dari satu warna disebut tilikar. Jika diimbuh pemanis berupa bordir, shawl jenis ini jamak disebut ameli.
Fungsi shawl waktu itu selain sebagai penahan dingin juga dimanfaatkan sebagai pelengkap busana, selain menunjukkan simbol tertentu. Tallit, shawl yang dimanfaatkan kaum Yahudi saat upacara atau ketika mereka memanjaatkan doa.
Shawl model ini masih dipergunakan hingga detik ini. Untuk gampangnya, lihat stola yang melengkapi busana Paus ketika memimpin upacara keagamaan. Dalam perjalanannya kemudian shawl Kashmir ini diadopsi menjadi pelengkap adibusana di Eropa barat paro abad 19. Bahan sutera yang kemudian dipakai untuk menciptakan shawl cantik diproduksi China, menandai shawl wajah baru di abad itu. Shawl model itu dikenal sebagai shawl China, namun perempuan Spanyol menyebutnya mantones de Manila. Itu lantaran ribuan lembar shawl produksi China dibawa ke Spanyol menggunakan kapal laut dari pelabuhan di Manila. Dari sinilah kemudian shawl mendominasi garis gaya perempuan dunia, dari Jerman hingga Amerika Latin. Shawl, scarf atau stola memberi warna pada wajah fashion dunia medio 1865 hingga 1870.
Pada gilirannya, kaum gypsi di Andalusia dan Madrid mengadopsi shawl sebagai ciri khas busana mereka. Tradisi berbusana yang tetap bertahan hingga hari ini. Spanyol sendiri akhirnya memiliki shawl made in sendiri dengan ciri khas imbuhan bordir sebagai pemanisnya. Shawl Spanyol yang disebut gitanas itu uniknya diadopsi dari shawl kaum gypsi Andalusia. Untuk gampangnya, gitanas acap dikenakan sebagai kostum pertunjukkan di panggung-panggung opera. Dalam wajahnya kini, shawl berhasil menyatu menjadi bagian tak terpisahkan dari putaran mode. Shawl tetap pantas dikenakan di mana saja dan kapan saja.
Dengan ragam bahan kain, dari sutera, organza, chiffon, hingga wool. Bentuknya bisa beragam. Tak sebatas tiga. Dengan warna tunggal hingga kaya motif. Selain bordir yang dipilih sebagai pemanis, juntaian tassel, manik dan payet kadang ditambahkan sebagai aksen.
Semoga bermanfaat ^-^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar