Batik pekalongan sejak berpuluh tahun lampau hingga sekarang, sebagian besar proses produksi batik pekalongan dikerjakan di rumah-rumah. Batik Pekalongan mengalami perkembangan pesat dibandingkan batik di daerah lain.
Batik ini berkembang di sekitar daerah pantai di daerah Pekalongan kota dan daerah Buaran, Pekajangan serta Wonopringgo.
Batik Pekalongan menyatu erat dengan kehidupan masyarakat Pekalongan dan menjadi napas kehidupan sehari-sehari warga Pekalongan karena bisa menghidupi warga setempat.
Para pengrajin batik di Pekalongan tidak lagi didominasi petani, kebanyakan mereka berasal dari kalangan muda setempat yang ingin mencari nafkah.
Namun, usaha batik Pekalongan kini menghadapi masa transisi dimana perkembangan dunia yang semakin kompleks dan munculnya negara pesaing baru, seperti Vietnam, menantang industri batik pekalongan untuk segera mentransformasikan dirinya ke arah yang lebih modern.
Batik Pekalongan dipengaruhi pendatang keturunan China dan Belanda dan batik ini memiliki motif sangat bebas, dan menarik. Motif batik ini terkadang sama dengan batik Solo atau Yogya namun motifnya seringkali dimodifikasi dengan variasi warna yang atraktif dan kaya warna.
Ragam hias batik Pekalongan biasanya bersifat naturalis dibanding dengan batik pesisir lainnya Motif yang paling populer di dan terkenal dari pekalongan adalah motif batik Jlamprang.
Batik Pekalongan memiliki keistimewaan dimana para pembatiknya selalu mengikuti perkembangan jaman. Pada waktu penjajahan Jepang, maka lahir batik dengan nama “Batik Jawa Hokokai”. Batik ini memiliki motif dan warna yang mirip kimono Jepang dan digunakan pagi-sore.
Tahun 60an diciptakan batik dengan nama “Tritura” dan pada tahun 2005, sesaat setelah presiden SBY diangkat muncul batik dengan motif ‘SBY’ yaitu motif batik yang mirip dengan kain tenun ikat atau songket. Motif yang cukup populer akhir-akhir ini adalah motif Tsunami.
Semoga bermanfaat ^-^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar